30 Maret 2012

PASUPATI



oleh: Nurul M. sisilia

Sore itu, saya bersama teman saya Siti pergi menuju sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Balubur. Sebuah pasar modern yang tak lama ini menggantikan pasar tradisional di tempat itu. Pasar Balubur. Pulang dari berbelanja, teman saya memutuskan utnuk melajukan Yamahanya menuju sebuah jembatan yang melintang di atasjalan besar itu. Jembatna Pasupati.
Jembatan itu kemudian mengingatkan saya pada apa yang tak sengaja saya ketahui. Tepatnya saat saya mendengar percakapan beberapa pemuda yang sedang nongkrong di jalan!
Ya, Saya baru tahu! Sungguh sangat baru tahu…setelah sekian lama terlahir  menjadi warga Bandung, saya baru tahu jika kata Pasupati atau nama jembatan itu  adalah sebuah singkatan. Pasupati adalah  singkatan dari Pasteur-Surapati.
Dulu saya pikir nama jembatan yang melintang gagah ini memang sengaja diambil dari nama panah Arjuna dalam epos Mahabharata. Panah ini digunakan Arjuna untuk membantu kerajaan Suralaya dari gangguan raksasa, Prabu Niwatakawaca, yang mengancam para dewa. Cerita lengkap mengenai Arjuna dan panahnya ini terdapat dalam kisah Arjuna Wiwaha yang saya baca ketika saya duduk di bangku SMA. Ternyata hal ini lebih dari yang saya kira, nama itu adalah sebuah singkatan.
Kasus penyingkatan ini sepertinya sama dengan kasus penyingkatan nama sebuah jalan tol di Jawa Barat. Jalan tol ini terkenal macet ketika menjelang Idul Fitri. Jalan tol Purbaleunyi. Saya sempat berpikir jika nama itu diambil dari kisah Lutung Kasarung. Mungkin nama salah satu saudara Purbararang, tokoh antagonis dalam kisah itu. Ternyata bukan! Purbaleunyi adalah  singkatan dari Purwakarta-Bandung-Cileunyi!
Saya kemudian teringat dengan penjelasan dosen sintaksis saya, Pak Mahmud Fasya. Beliau menjelaskan bahwa penamaan yang berdasarkan pada penyingkatan, sering didasarkan pada konteks yang berlaku di sebuah masyarakat. Dalam hal ini, nama Pasupati dan Purbalenyi diambil sebab telah banyak diketahui masyarakat.
Dalam kaidah bahasa Indonesa, apakah hal ini salah?
Kaidah abreviasi menurut teori berbahasa dalah  mengambil suku kata pertama dari  tiap kata yang hendak disingkat. Ini hanya hal ideal, sebab pada kenyataannya kaidah ini tidak sering digunakan. Mari kita lihat! Jika kaidah tersebut digunakan maka jembatan Pasupati harusnya menjadi jembatan “Passu”. “Pas” untuk suku kata pertama dari “Paster” dan “Su” untuk suku kata pertama dari “Surapati”. Lalu, untuk nama tol Purbaleunyi diambillah  ”Pur” dari “Purwakarta”, “Ban” dari “Bandung” , dan “Ci” dari “Cileunyi”. Alhasil, nama tol itu adalah tol Purbanci! Terdengar begitu asing di telinga masyarakat.  Pada dasarnya, jelas Pak Mahmud,  bahasa Indonesia tidak begitu kaku seperti yang dikira. maka dalam penamaan yang berdasarkan penyingktanini masih dapat disesuaikan dengan konteks di masyarakat, lanjutnya.
***
Lepas dari semua teori bahasa yang meliputi nama Pasupati, saya benar-benar menikamati pemandangan kota Bandung dari atas bentangan jembatan  ‘panah Arjuna’ sore itu. Bandung nampak jelas sekali dari atas jembatan tersebut.


0 komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Perkenalkan! Saya Nurul Maria Sisilia. Seorang pengajar, penulis, dan pekerja sosial. Saya senang menulis hal menarik yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Mari berbincang!

Terjemahkan (Translate)

Rekan

Diberdayakan oleh Blogger.