Pun segala jemu. Semilir angin mengurapi rabu
Ketika langkahku kehilangan tuju
Di antara pohon-pohon dan udara beku
Kabut mempersempit ruang
Memadatkan waktu. Kenapa aku
Kenapa masih menunggu
Kenapa masih percaya padamu
Sedang ruang
Tak mengenal waktu
Sedang waktu tak mengenal ruang
Ruang dan waktu tak mengenal rindu
(Acep Zamzam Noor)
=======================================================================
Sajak di atas adalah salah satu sajak Acep Zamzam Noor yang terdapat dalam kumpulan puisi berjudul Tulisan pada Tembok.
Rupanya Dago begitu sunyi dalam sajak ini. Apakah penantian dalam sajak ini selaras dengan arti "dago" dalam bahasa Sunda yang berarti "tunggu" (dalam bahasa Sunda: "antos", "anti". Diantos, dianti-anti)?
Agaknya bisa diartikan demikian. :)
0 komentar:
Posting Komentar