26 Juli 2010

Merapikan Langkah (kepada Sang Diri)

Assalamualaikum, Sang diri...
semoga kabarmu senantiasa baik adanya. Meskipun aku tahu kau tak merasa serupa, tapi harapanku adalah doa semoga kau tak merasa luka menghadapai banyak duka. Apapun macamnya.

Baiklah, Diri
Ini pembelajaran yang baik. Langkah sudah harus tertata. Jika kemarin langkah ini masih belum seutuhnya sempurna, maka detik ini langkah demi langkah sudah seharusnya tertata. Tak ada yang akan membawa sesuatu menjadi rapi selain perencanaan yang terperinci. Hal apapun itu.
Rencanakan!
Urutkan, prioritaskan, jalankan!

Beberapa waktu berlalu, sang diri masih terkungkung dalam ketidakfokusan yang sangat menjemukan. Banyak hal yang terabaikan atau terlalaikan karena tidak tahu harus memulai dari mana dan harus bagaimana. Intinya sederhana saja, tak ada langkah yang tertata sejak banyak amanah diberikan. Sebenarnya ini adalah pembelajaran paling berharga perihal waktu, kepercayaan dan tanggung jawab, maka tak ada alasan mengapa kita terpilih untuk sebuah pembelajaran dalam kebaikan.
Langkahku,
aku yang punya. Bagaimana kemudian ia harus teguh dan tangguh dalam berjalan. Aku tak akan mengizinkan langkahku rapuh.
Sang diri dipercaya menjadi penanggung jawab dan koordinator dalam sebuah organisasi dan sebuah acara. Namun sang diri lama tak menyadari bahwa telah banyak orang menunggu titah penuh petuah, deretan rencana luar biasa. Mana? Belum ada.
Ah, diri... Akan sampai kapan kau memasung banyak jiwa. Waktu terlalu sempit untuk amanah yang manusia punya.
Bangun! atau dunia akan meninggalkanmu sebagai insan yang tergantikan zaman selamanya.


Ini bukan perkara bisa atau tidak, tapi mau mencoba dan berusaha atau tidak.
Tak ada yang sia-sia Allah berikan untuk kita. termasuk tugas -atau apapun namanya-, yang kemudian harus diselesaikan dengan sebijak-bijaknya.
Waktu itu statis, ia berputar sebagaimana mestinya. Namun yang membuat nilai dari setiap perputarannya adalah manusia. Dia berperan dalam setiap makna pergantian rembulan dan surya. Peran apapun ia. Dia tokohnya.
Dalam menjalankan perannya, langkahnya tak boleh gontai. Setiap langkah menentukan arah yang akan ia tuju. Maka, langkahmu hari ini adalah awal dari masa depanmu. Tatalah langkahmu. Sebaik nurani menuntunmu.

Aku tak bermaksud menggurui apalagi menceramahi, aku dengan segala yang serba terbatas ini mencoba memastikan dirimu mampu beriringan denganku. Bukankah kau adalah hatiku, kau adalah diriku. Jika kau merasa lemah, maka seluruh jasad dan fikir akan gundah, tak ada gairah.
Sang Diri, aku hanya tak ingin kita sama-sama dibenci baik oleh langit maupun bumi. Kita sudah banyak menjalin mimpi. Kini waktu telah menjadi pagi dan mimpi kita harus sudah hadir di sini. Bukankah kau pernah berazam seperti itu?
Mari, bersama hidup yang masih harus kita hirup, kita susun langkah yang mungkin kini tertatih karena letih ini menjadi berarti bagi semua insan...

Mari berjuang bersamaku,

Wallahu'alam

Wassalamualaikum

0 komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Perkenalkan! Saya Nurul Maria Sisilia. Seorang pengajar, penulis, dan pekerja sosial. Saya senang menulis hal menarik yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Mari berbincang!

Terjemahkan (Translate)

Rekan

Diberdayakan oleh Blogger.