06 Januari 2012

Kereta dalam Sajak



Apa yang berkesan dari kereta api?
bagi yang sering menggunakan kendarann ini untuk pulang ke kampung halaman, kereta api menjadi kendaraan yang akrab setiap musim mudik. Selain murah, kereta api menawarkan perjalanan yang terhitung cepat. Tak mengenal macet, lampu merah, atau antrian kendaraan.
Bagi saya, yang notabene  pelanggan setia kereta api lokal (Bandung-Cicalengka), kereta api memiliki kesan tersendiri. Selain cepat dan murah, kereta api juga 'meriah'. Banyak hal dapat ditemukan di kereta api lokal daerah ini seperti cerita, gurauan, kelelahan dan keramaian.  Jika menggunakan kereta api ekonomi (dikenal sebagai KRD Ekonomi), cerita akan makin beragam. Akan ditemukan keramaian layaknya pasar sebab banyak pedagang berlalu-lalang di sini. Para penumpangnya adalah para pedagng atau para pekerja dari berbagai sudut daerah yang merantau ke kota Bandung. Hal tersebut tentu menjadi kesan tersendiri.  
Lalu, apa kata sajak tentang kereta?
Saya menemukan  puisi-puisi bertemakan kereta beberapa hari ini. Saya menemukannya secara tidak sengaja tapi cukup membuat saya terkesan setelah merenunginya.


DALAM KERETA
(Chairil Anwar)

Dalam kereta.
Hujan menebal jendela


Semarang, Solo…, makin dekat saja
Menangkup senja.

Menguak purnama.
Caya menyayat mulut dan mata.
Menjengking kereta. Menjengking jiwa,

Sayatan terus ke dada

15 Maret 1944



PERTANYAAN DI STASIUN KERETA
(Wan anwar)

jika timur itu hari depan, mengapa laju kereta kembali ke masa silam
bahwa stasiun ini peninggalan residen, tentu saja kami tahu
juga deret pohon asam, irigasi, dan gedung-gedung pemerintahan
begitulah, bukankah tuan-tuan hanya sanggup membangun mall 
jurang antara cahaya lampu kristal dan temaram perkampungan
kami hamba tuan-tuan, sudah lama bosan dalam penantian
tuan-tuan mengobral janji, mengganggu tidur dan mimpi kami
maka kini izinkan kami bertanya, peti-peti yang siang malam diangkut kereta
milik siapa? kemilau lampu di jalan raya untuk siapa!
kami tahu tuan-tuan tak akan menjawab, karena tuan-tuan
sedang meluncur ke masa silam, jadi izinkan kami mendakwa
kami tak tahan lagi mendengar dan menyaksikan mulut tuan-tuan
berbusa, nganga, dan amat hina

2005

Saya pun menemukan suasana kereta api dan stasiun di  puisi-puisi karya Dorothea Rosa Herliany. Puisi-puisi tersebut berbentuk Haiku (puisi Jepang dengan pola 5-8-5).


3.
Kereta gagu
Merambati rel bisu
Menjangkau rindu


8
Di peron itu
Kutuliskan syairku
Bukan untukmu



Tampaknya, kereta api, peron,, stasiun selalu mengundang kesan penantian dan peerjalanan panjang.
Dalam puisinya, Chairil melukiskan dukanya yang menjerit seperti lengking kereta.

Menjengking kereta. Menjengking jiwa,

Sementara Wan Anwar menggambarkn kereta sebagai penegas ruang dan waktu. Sebuah kereta (ruang) yang seharusnya melaju ke timur namun ternyata kembali ke masa silam (waktu).

Jika timur itu hari depan, mengapa laju kereta kembali ke masa silam

Dorothea Rosa Herliany menggambarkan suasana hening dan sendu dalam dua Haikku-nya. 

3.
Kereta gagu
Merambati rel bisu
Menjangkau rindu




Menarik! Setelah menemukan puisi-puisi tentang kereta, saya seakan diajak berpikir. Selalu ada bahan perenungan panjang yang dapat kita tangkap di kehidupan sekitar. Semua hal yang tampak atau pun tidak di sekeliling kita adalah tanda yang (mestinya) mampu kita baca. Manusia dengan kemampuan indera serta akalnya tentu dituntut untuk peka terhadap beragam penciptaan. Mereka yang telah membuktikannya mampu menyajikan perenungan tersebut ke dalam beragam karya salah satunya adalah sajak atau puisi. Kereta yang mungkin terlihat biasa ternyata mampu dijadikan sumber sajak tersebut.

Selamat merenung, selamat berkereta! 






(Bandung, 2012)

4 komentar:

itachi mengatakan...

terkadang hanya untuk membeli alat tulis aku sampai pergi ke toko yang terletak di stasiun kereta api karena begitu cintanya pada tempat itu.

stasiun tak pernah bosan menjadi saksi kisah-kisah perpisahan yang memilukan

Bagoes Poer mengatakan...

coba sesekali liat beberapa puisi Setiyo Bardono, seorang TRAINner ( penumpang KRL ) dimana kumpulan puisi/ cerpennya nggak jauh dari kereta....

Unknown mengatakan...

ternyata menulis itu gampang, kisah dikeretapun akan menjadi perjalanan dalam menulis kita. izin share iya...

TITINHASTUTI'S BLOG mengatakan...

KESAN

Lampu tergantung menjadi pancang,
tak berayun
menyirami goresan pena
yang terus menari
sementara kertas tanpa pias berserah pasrah

Bertemumu adalah anugerah
merekat ukhuwah menjadi ikhwah
usiaku meluruh belia
saat sekat tercerabut lekat

Dua jam yang memikat
sahabat satu-satu merapat
meski tak tetap saat
senyum tulus menghias ikhlas
dalam diam, kagumku bertahta

Meski tak sekental
puncak halaqah pramilenial
tazkiah telah berbuah
mengguris sipu
pada langkahku yang kian jingga

Mengenai Saya

Foto saya
Perkenalkan! Saya Nurul Maria Sisilia. Seorang pengajar, penulis, dan pekerja sosial. Saya senang menulis hal menarik yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Mari berbincang!

Terjemahkan (Translate)

Rekan

Diberdayakan oleh Blogger.