Gaya bahasa retoris merupakan penyimpangan dan konstruksi biasa untuk mencapai
efek tertentu.
Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan
yang sama, baik di awal, di tengah, maupun di akhir kata, frase atau kalimat.
Universitas Sumatera UtaraBiasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk hiasan
atau untuk penekanan.
Misalnya : Takut titik lalu tumpah.
Keras-keras kerak kena air lembut juga.
2. Asonansi
Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan vocal
yang sama, baik di awal, di tengah, maupun di akhir kata, frase atau kalimat.
Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk
memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan.
Misalnya: aku adalah wanitamu, aku adalah kekasihmu, dan aku adalah kamu.
3. Anastrof
Anastrof atau inversi adalah semacam gaya bahasa retoris yang diperoleh
dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat.
Misalnya: Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat perangainya.
4. Apofasis atau preterisio
Apofasis atau disebut juga dengan preterisio merupakan sebuah gaya di
mana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi nampaknya menyangkal.
Berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu, tetapi sebenarnya ia menekankan hal
itu.
Misalnya : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah
menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara.
5. Apostrof
Apostrof adalah semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para
hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Cara ini biasanya dilakukan oleh orator
Universitas Sumatera Utaraklasik. Dalam pidato yang disampaikan kepada suatu massa, si orator secara tibatiba mengarahkan pembicaraan langsung kepada sesuatu yang tidak hadir: kepada
mereka yang sudah meninggal, atau kepada barang atau objek khayalan atau
sesuatu yang abstrak, sehingga tampaknya ia tidak berbicara kepada hadirin.
Misalnya : Hai kamu dewa-dewa yang berada di surga, datanglah dan
bebaskanlah kami dari belenggu penindasan ini.
6. Asindeton
Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat di
mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan
kata sambung.
Misalnya : Kesesakan, kepedihan, kesakitan. Seribu derita detik-detik
penghabisan orang melepaskan nyawa.
7. Polisindeton
Poliosindeton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asindeton.
Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain
dengan kata sambung.
Misalnya: Dan ke manakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan
tak menyerah pada gelap dan pada dingin yang bakal merontokkan
bulu-bulunya?
8. Kiasmus
Kiasmus (chiasmus) adalah gaya bahasa yang berisi perulangan dan
sekaligus juga merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat.
Misalnya: Dia menyalahkan yang benar, dan membenarkan yang salah.
Universitas Sumatera Utara9. Elipsis
Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat
yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau
pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang
berlaku.
Misalnya : Orang itu memukul dengan sekuat daya. (penghilangan objek: saya,
istrinya, ular, dan lain-lain).
10. Eufemismus
Kata eufemisme atau eufemismus diturunkan dari kata Yunani euphemizein
yang berarti “mempergunakan kata-kata dengan arti yang baik”. Secara gaya
bahasa, eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak
menyinggung perasaan orang lain, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk
mengganti acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung
perasaan atau mensugesti sesuatu yang tidak menyenangkan.
Misalnya : Pikiran sehatnya semakin merosot saja akhir-akhir ini ( =gila).
11. Litotes
Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan
sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari
keadaan sebenarnya. Atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan
katanya.
Misalnya : Saya tidak akan merasa bahagia bila mendapat warisan satu milyar
rupiah.
Universitas Sumatera Utara
12. Histeron proteron
Histeron proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan
dari sesuatu yang wajar, misalnya menempatkan sesuatu yang terjadi kemudian
pada awal peristiwa. Gaya bahasa ini juga disebut hiperbaton.
Misalnya : Kereta melaju dengan cepat di depan kuda yang menariknya.
13. Pleonasme dan tautologi
Pada dasarnya pleonasme dan tautologi adalah acuan yang mempergunakan
kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran
atau gagasan. Suatu acuan disebut pleonasme bila kata yang berlebihan itu
dihilangkan, artinya tetap utuh.
Misalnya : Saya telah melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri.
Sebaliknya, acuan itu disebut tautologi kalau kata yang berlebihan itu sebenarnya
mengandung perulangan dari sebuah kata yang lainnya.
Misalnya : Ia tiba pukul 20.00 malam waktu setempat.
14. Perifrasis
Sebenarnya perifrasis adalah gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme,
yaitu mempergunakan kata lebih banyak daripada yang diperlukan. Perbedaannya
terletak dalam hal kata-kata yang berlebihan itu dan sebenarnya dapat diganti
dengan satu kata saja.
Misalnya : Jawaban bagi permintaan Saudara adalah tidak. (= ditolak).
15. Prolepsis atau antisipasi
Prolepsis atau antisipasi adalah semacam gaya bahasa di mana orang
mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau
gagasan yang sebenarnya terjadi.
Universitas Sumatera UtaraMisalnya : Pada pagi yang naas itu, ia mengendarai sebuah sedan biru.
16. Erotesis atau pertanyaan retoris
Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang
dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang
lebih mendalam dan penekanan yang wajar dan sama sekali tidak menghendaki
adanya jawaban.
Misalnya: Terlalu banyak komisi dan perantara yang masing-masing
menghendaki pula imbalan jasa. Herankah Saudara kalau hargaharga itu terlalu tinggi?
17. Silepsis dan zeugma
Silepsis dan zeugma adalah gaya di mana orang mempergunakan dua
konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang
sebenarnya hanya salah satu yang mempunyai hubungan dengan kata pertama.
Dalam silepsis, konstruksi yang dipergunakan itu secara gramatikal benar,
tetapi secara semantik tidak benar.
Misalnya: Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.
Dalam zeugma, yang dipakai untuk membawahi kedua kata berikutnya,
sebenarnya hanya cocok untuk salah satu kata itu (baik secara logis maupun
secara gramatikal).
Misalnya : Ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada
kami.
18. Koreksio dan epanortosis
Koreksio dan epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula
menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.
Universitas Sumatera UtaraMisalnya: Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima
kali.
19. Hiperbol
Hiperbol adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan
yang berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu hal (jumlahnya, ukurannya,
atau sifatnya).
Misalnya : Kemarahanku sudah menjadi-jadi, hingga hampir-hampir meledak
aku.
20. Paradoks
Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang
nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang
menarik perhatian karena kebenarannya.
Misalnya : Ia mati kelaparan di tengah-tengah kekayaannya yang berlimpahlimpah.
21. Oksimoron
Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan katakata untuk mencapai efek yang bertentangan, namun sifatnya lebih padat dan
tajam dari paradoks.
Misalnya : Keramah-tamahan yang bengis.
B. Gaya Bahasa Kiasan
Gaya bahasa kiasan ini pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan yang lain, berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang manunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut (Keraf, 2006:136). Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian, yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung dan
perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Kelompok pertama
termasuk gaya bahasa langsung dan kelompok kedua termasuk gaya bahasa
kiasan.
a.. Dia sama pintar dengan kakaknya.
Kerbau itu sama kuat dengan sapi.
b. Matanya seperti bintang timur.
Bibirnya seperti delima merekah.
Perbedaan antara kedua perbandingan di atas adalah dalam hal kelasnya.
Perbandingan pertama mencakup dua anggota yang termasuk dalam kelas yang
sama, sedangkan perbandingan kedua, sebagai bahasa kiasan, mencakup dua hal
yang termasuk dalam kelas yang berlainan.
Gaya bahasa kiasan dapat dibedakan atas :
1. Persamaan atau simile
Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu
gaya bahasa yang langsung menyatakan sesuatu yang sama dengan hal lain.
Misalnya : Kikirnya seperti kepiting batu.
Alisnya bagai semut beriring.
2. Metafora
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara
langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dengan kias perwujudan.
Misalnya : Pemuda adalah bunga bangsa.
3. Alegori, parabel, dan fabel
Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kisahan. Dalam
alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya
selalu jelas tersurat.
Misalnya : Cerita tentang putri salju.
Parabel adalah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh yang biasanya
manusia, yang selalu mengandung tema moral dan biasanya berhubungan dengan
agama.
Misalnya : Cerita tentang anak yang durhaka kepada orang tuanya.
Fabel adalah suatu metafora yang berbentuk cerita mengenai dunia binatang,
di mana binatang dapat bertingkah laku seperti manusia.
Misalnya : Cerita dongeng Sang Kancil.
4. Personifikasi
Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan
benda mati atau barang yang tak bernyawa seolah-olah dapat bertingkah laku
seperti manusia.
Misalnya : Angin malam meraung seolah mengerti kegalauan hatiku.
5. Alusi
Alusi adalah semacam acuan yang menyugesti kesamaan antara orang,
tempat, dan peristiwa.
Misalnya : Bandung adalah Paris Jawa kebanggaan Indonesia
6. Eponim
Eponim adalah suatu gaya di mana seseorang yang namanya begitu sering
dihubungkan dengan sifat tertentu.
Misalnya : Anak itu masih kecil, namun kekuatannya seperti Hercules.
7. Epitet
Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang
khusus dari seseorang atau suatu hal.
Misalnya : Sang putri malam sedang menunjukkan sinarnya (=bulan).
8. Sinekdoke
Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan bagian
dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau
mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totem pro parte).
Misalnya : Setiap kepala dikenai iuran Rp 1000,00 (pars pro toto).
Indonesia memenangkan medali di kejuaraan bulu tangkis dunia
(totem pro parte).
9. Metonimia
Metonimia adalah gaya bahasa kiasan yang menggunakan sebuah kata untuk
menyatakan suatu hal yang lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat,
atau dengan kata lain metonimia menyatakan sesuatu yang menyebutkan namanya
secara langsung untuk memahami hal yang dimaksud.
Misalnya : Ia membeli sebuah chevrolet.
10. Antonomasia
Antonomasia adalah sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud
penggunaan sebuah epitet untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi, atau
jabatan untuk menggantikan nama diri.
Misalnya : Yang mulia tidak dapat hadir pada rapat kerajaan hari ini.
11. Hipalase
Hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu
digunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada
sebuah kata yang lain.
Misalnya : Ia berbaring di atas sebuah kasur yang gelisah. (yang gelisah adalah
manusianya bukan kasurnya).
12. Ironi, sinisme, dan sarkasme
Ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan menggunakan
hal lain yang berlawanan dengan tujuan agar orang yang dituju tersindir secara
halus.
Misalnya : Untuk apa susah-susah belajar, kau kan sudah pintar!
Sinisme adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan menggunakan
hal yang berlawanan dengan tujuan agar orang tersindir secara lebih tajam dan
menusuk perasaan.
Misalnya : Kau kan sudah hebat, tak perlu lagi mendengar nasihat orang tua
seperti aku ini!
Sarkasme adalah gaya bahasa yang melontarkan tanggapan secara pedas dan
kasar tanpa menghiraukan perasaan orang lain.
Misalnya : Sikapmu seperti anjing dan sifatmu seperti babi!
13. Satire
Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk
ini tidak harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik tentang kelemahan
manusia.
Misalnya : Jangan pernah berpikir kau adalah dewa, menghadapi masalah seperti
ini pun kau sudah kewalahan.
14. Inuendo
Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang
sebenarnya.
Misalnya : Setiap ada pesta ia pasti sedikit mabuk karena kebanyakan minum.
15. Antifrasis
Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata
dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri.
Misalnya : Lihatlah sang raksasa telah datang (maksudnya si cebol).
16. Pun atau paronamasia
Pun atau paronamasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan
bunyi yang berupa permainan kata, tetapi terdapat perbedaan besar dalam
maknanya.
Misalnya : “Engkau orang kaya!” “Ya, kaya monyet!”
(Berbagai sumber)
(Berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar