05 Februari 2012

Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

A. Gaya Bahasa Retoris







Gaya bahasa retoris merupakan penyimpangan dan konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu.

1. Aliterasi
Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan 
yang sama, baik di awal, di tengah, maupun di akhir kata, frase atau kalimat.
Universitas Sumatera UtaraBiasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk  hiasan 
atau untuk penekanan.
Misalnya : Takut titik lalu tumpah.
Keras-keras kerak kena air lembut juga.




2. Asonansi
Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan vocal 
yang sama, baik di awal, di tengah, maupun di akhir kata, frase atau kalimat.
Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk 
memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan. 
Misalnya:  aku adalah wanitamu, aku adalah kekasihmu, dan aku adalah kamu.




3. Anastrof
Anastrof atau inversi adalah semacam gaya bahasa retoris yang diperoleh 
dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. 
Misalnya: Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat perangainya.




4. Apofasis atau preterisio
Apofasis atau disebut juga dengan  preterisio merupakan sebuah gaya di 
mana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi nampaknya menyangkal. 
Berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu, tetapi sebenarnya ia menekankan hal 
itu. 
Misalnya : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah 
menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara.




5. Apostrof
Apostrof adalah semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para 
hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Cara ini biasanya dilakukan oleh orator 
Universitas Sumatera Utaraklasik. Dalam pidato yang disampaikan kepada suatu massa, si orator secara tibatiba mengarahkan pembicaraan langsung kepada sesuatu yang tidak hadir: kepada 
mereka yang sudah meninggal, atau kepada barang atau objek khayalan atau 
sesuatu yang abstrak, sehingga tampaknya ia tidak berbicara kepada hadirin. 
Misalnya : Hai kamu dewa-dewa yang berada di surga, datanglah dan 
bebaskanlah kami dari belenggu penindasan ini.




6. Asindeton
Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan,  yang bersifat padat di 
mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan 
kata sambung. 
Misalnya : Kesesakan, kepedihan, kesakitan. Seribu derita detik-detik 
penghabisan orang melepaskan nyawa.




7. Polisindeton
Poliosindeton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asindeton. 
Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain 
dengan kata sambung. 
Misalnya: Dan ke manakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan 
tak menyerah pada gelap dan pada dingin yang bakal merontokkan 
bulu-bulunya? 




8. Kiasmus
Kiasmus (chiasmus) adalah gaya bahasa yang  berisi perulangan dan 
sekaligus juga merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat.
Misalnya:  Dia menyalahkan yang benar, dan membenarkan yang salah.
Universitas Sumatera Utara9. Elipsis
Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat 
yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau 
pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang 
berlaku. 
Misalnya : Orang itu memukul dengan sekuat daya. (penghilangan objek: saya, 
istrinya, ular, dan lain-lain).




10. Eufemismus
Kata eufemisme atau eufemismus diturunkan dari kata Yunani euphemizein
yang berarti “mempergunakan kata-kata dengan arti yang baik”. Secara gaya 
bahasa, eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak 
menyinggung perasaan orang lain, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk 
mengganti acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung 
perasaan atau mensugesti sesuatu yang tidak menyenangkan. 
Misalnya : Pikiran sehatnya semakin merosot saja akhir-akhir ini ( =gila). 




11. Litotes
Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan 
sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari 
keadaan sebenarnya. Atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan 
katanya. 
Misalnya : Saya tidak akan merasa bahagia bila mendapat warisan satu milyar 
rupiah.
Universitas Sumatera Utara




12. Histeron proteron
Histeron proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan 
dari sesuatu yang wajar, misalnya menempatkan sesuatu yang terjadi kemudian 
pada awal peristiwa. Gaya bahasa ini juga disebut hiperbaton. 
Misalnya : Kereta melaju dengan cepat di depan kuda yang menariknya. 




13. Pleonasme dan tautologi
Pada dasarnya pleonasme dan tautologi adalah acuan yang mempergunakan 
kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran 
atau gagasan. Suatu acuan disebut  pleonasme bila kata yang berlebihan itu 
dihilangkan, artinya tetap utuh. 
Misalnya : Saya telah melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri.
Sebaliknya, acuan itu disebut tautologi kalau kata yang berlebihan itu sebenarnya 
mengandung perulangan dari sebuah kata yang lainnya.
Misalnya : Ia tiba pukul 20.00 malam  waktu setempat.




14. Perifrasis
Sebenarnya  perifrasis adalah gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme, 
yaitu mempergunakan kata lebih banyak daripada yang diperlukan. Perbedaannya 
terletak dalam hal kata-kata yang berlebihan itu  dan  sebenarnya dapat diganti 
dengan satu kata saja. 
Misalnya : Jawaban bagi permintaan Saudara adalah tidak. (= ditolak). 




15. Prolepsis atau antisipasi
Prolepsis atau antisipasi adalah semacam gaya bahasa di mana orang 
mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau 
gagasan yang sebenarnya terjadi. 
Universitas Sumatera UtaraMisalnya : Pada pagi yang naas itu, ia mengendarai sebuah sedan biru.




16. Erotesis atau pertanyaan retoris
Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan  yang 
dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang 
lebih mendalam dan penekanan yang wajar dan sama sekali tidak menghendaki 
adanya jawaban. 
Misalnya: Terlalu banyak komisi dan perantara yang masing-masing 
menghendaki pula imbalan jasa. Herankah Saudara kalau hargaharga itu terlalu tinggi?




17. Silepsis dan zeugma
Silepsis dan zeugma adalah gaya di mana orang mempergunakan dua 
konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang 
sebenarnya hanya salah satu yang mempunyai hubungan dengan kata pertama.
Dalam silepsis, konstruksi yang dipergunakan itu secara gramatikal benar, 
tetapi secara semantik tidak benar. 
Misalnya:  Ia  sudah kehilangan topi dan semangatnya.
Dalam zeugma, yang dipakai untuk membawahi  kedua  kata berikutnya, 
sebenarnya hanya cocok untuk salah satu  kata itu (baik secara logis maupun 
secara gramatikal). 
Misalnya : Ia  menundukkan kepala dan  badannya untuk memberi hormat kepada 
kami.




18. Koreksio dan epanortosis
Koreksio dan epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula 
menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya. 
Universitas Sumatera UtaraMisalnya:  Sudah empat kali saya mengunjungi daerah  itu, ah bukan, sudah lima 
kali.




19. Hiperbol
Hiperbol adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan 
yang berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu hal (jumlahnya, ukurannya, 
atau sifatnya). 
Misalnya : Kemarahanku sudah menjadi-jadi, hingga hampir-hampir meledak 
aku. 




20. Paradoks 
Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang 
nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang 
menarik perhatian karena kebenarannya. 
Misalnya : Ia mati kelaparan di tengah-tengah kekayaannya yang berlimpahlimpah.




21. Oksimoron
Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan katakata untuk mencapai efek yang bertentangan, namun sifatnya lebih padat dan 
tajam dari paradoks. 
Misalnya : Keramah-tamahan yang bengis.


B. Gaya Bahasa Kiasan 


Gaya bahasa kiasan ini pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan yang lain, berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang manunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut (Keraf, 2006:136). Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian, yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung dan 
perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Kelompok pertama 
termasuk gaya bahasa langsung dan kelompok kedua termasuk gaya bahasa 
kiasan.
a.. Dia sama pintar dengan kakaknya.
Kerbau itu sama kuat dengan sapi.
b. Matanya seperti bintang timur.
Bibirnya seperti delima merekah.
Perbedaan antara kedua perbandingan di atas adalah dalam hal kelasnya. 
Perbandingan pertama mencakup dua anggota yang termasuk dalam kelas yang 
sama, sedangkan perbandingan kedua, sebagai bahasa kiasan, mencakup dua hal 
yang termasuk dalam kelas yang berlainan.
Gaya bahasa kiasan dapat dibedakan atas :

1. Persamaan atau simile
Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu 
gaya bahasa yang langsung menyatakan sesuatu yang sama dengan hal lain.
Misalnya : Kikirnya seperti kepiting batu.
Alisnya bagai semut beriring.



2. Metafora
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara 
langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dengan kias perwujudan.
Misalnya : Pemuda adalah bunga bangsa.




3. Alegori, parabel, dan fabel
Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kisahan. Dalam 
alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya 
selalu jelas tersurat.
Misalnya : Cerita tentang putri salju.
Parabel adalah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh yang biasanya 
manusia, yang selalu mengandung tema moral dan biasanya berhubungan dengan 
agama.
Misalnya : Cerita tentang anak yang durhaka kepada orang tuanya.
Fabel adalah suatu metafora yang berbentuk cerita mengenai dunia binatang, 
di mana binatang dapat bertingkah laku seperti manusia.
Misalnya : Cerita dongeng Sang Kancil. 




4. Personifikasi
Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan 
benda mati atau barang yang tak bernyawa seolah-olah dapat bertingkah laku 
seperti manusia.
Misalnya : Angin malam meraung seolah mengerti kegalauan hatiku.




5. Alusi
Alusi adalah semacam acuan yang menyugesti kesamaan antara orang, 
tempat, dan peristiwa.
Misalnya : Bandung adalah Paris Jawa kebanggaan Indonesia




6. Eponim
Eponim adalah suatu gaya di mana seseorang yang namanya begitu sering 
dihubungkan dengan sifat tertentu.
Misalnya : Anak itu masih kecil, namun kekuatannya seperti Hercules.




7. Epitet
Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang 
khusus dari seseorang atau suatu hal.
Misalnya : Sang putri malam sedang menunjukkan sinarnya (=bulan).




8. Sinekdoke
Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan bagian 
dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau 
mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totem pro parte).
Misalnya : Setiap kepala dikenai iuran Rp 1000,00 (pars pro toto).
Indonesia memenangkan medali di kejuaraan bulu tangkis dunia 
(totem pro parte).




9. Metonimia
Metonimia adalah gaya bahasa kiasan yang menggunakan sebuah kata untuk 
menyatakan suatu hal yang lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat, 
atau dengan kata lain metonimia menyatakan sesuatu yang menyebutkan namanya 
secara langsung untuk memahami hal yang dimaksud.
Misalnya : Ia membeli sebuah chevrolet.




10. Antonomasia
Antonomasia adalah sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud 
penggunaan sebuah epitet untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi, atau 
jabatan untuk menggantikan nama diri.
Misalnya : Yang mulia tidak dapat hadir pada rapat kerajaan hari ini.




11. Hipalase
Hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu 
digunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada 
sebuah kata yang lain. 
Misalnya : Ia berbaring di atas sebuah  kasur yang gelisah. (yang gelisah adalah 
manusianya bukan kasurnya).




12. Ironi, sinisme, dan sarkasme
Ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan menggunakan 
hal lain yang berlawanan dengan tujuan agar orang yang dituju tersindir secara 
halus.
Misalnya : Untuk apa susah-susah belajar, kau kan sudah pintar!
Sinisme adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan menggunakan 
hal yang berlawanan dengan tujuan agar orang tersindir secara lebih tajam dan 
menusuk perasaan.
Misalnya : Kau kan sudah hebat, tak perlu lagi mendengar nasihat orang tua 
seperti aku ini!
Sarkasme adalah gaya bahasa yang melontarkan tanggapan secara pedas dan 
kasar tanpa menghiraukan perasaan orang lain.
Misalnya : Sikapmu seperti anjing  dan sifatmu seperti babi!




13. Satire
Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk 
ini tidak harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik tentang kelemahan 
manusia.
Misalnya : Jangan pernah berpikir kau adalah dewa, menghadapi masalah seperti 
ini pun kau sudah kewalahan.




14. Inuendo
Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang 
sebenarnya.
Misalnya : Setiap ada pesta ia pasti sedikit mabuk karena kebanyakan minum.




15. Antifrasis
Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata 
dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri.
Misalnya : Lihatlah sang raksasa telah datang (maksudnya si cebol).




16. Pun atau paronamasia
Pun atau paronamasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan 
bunyi yang berupa permainan kata, tetapi terdapat perbedaan besar dalam 
maknanya.
Misalnya : “Engkau orang kaya!” “Ya, kaya monyet!”




(Berbagai sumber)

0 komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Perkenalkan! Saya Nurul Maria Sisilia. Seorang pengajar, penulis, dan pekerja sosial. Saya senang menulis hal menarik yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Mari berbincang!

Terjemahkan (Translate)

Rekan

Diberdayakan oleh Blogger.