05 April 2013

Dongeng




Ia merasa semua cerita yang ia semburkan kepadaku akan berakhir bahagia seperti dongeng putri salju atau Cinderella.
Mungkin pula ia merasa ceritanya akan baik-baik saja seperti sinetron picisan di layar kaca.
Jika bukan matanya yang bulat itulah kengerian, mungkin nada bicaranya, tatapannya, atau dirinyalah!
Aku lupa mengatakan “hati-hati” saat kami menyantap bebek bakar di pinggir jalan yang basah dihampiri hujan.
Mungkin dongengnya adalah duri yang tertelan saat ia mengulum daging
:Ia merasa tak ada apa-apa selain wajahku yang pasi seperti sepiring nasi.

Oh, adakah yang tertukar di meja kami?
Sebab ia merasa kutukan ini pun adalah dongeng. Ancaman ini hanyalah dongeng.
Bahkan mungkin sebenarnya ia tak ingat telah melemparkanku ke sebuah ngarai yang terjal dan rahasia.

Ia terus berdongeng  sambil mengacungkan pisau.
Dan tak mengizinkanku menutup telinga.

(Maret, 2013)

0 komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Perkenalkan! Saya Nurul Maria Sisilia. Seorang pengajar, penulis, dan pekerja sosial. Saya senang menulis hal menarik yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Mari berbincang!

Terjemahkan (Translate)

Rekan

Diberdayakan oleh Blogger.