mesti berulang kuluruskan jiwa yang lagi-lagi
bengkok dan nyaris patah
berulang pula kuseret kakiku sendiri
menujumu
kuyakini engkau
membelai ubun-ubunku yang mulai demam
bagai pesakitan
mengusap nganga luka
yang berlubang bernanah
kali ini kembali aku berdoa dengan tangan
lebam yang terbuka
moga kau senantiasa jadi damar
berpijar di kelebatan pikirku
Kontemplasi
Oktober 10, 2013
No comments
0 komentar:
Posting Komentar