Beberapa waktu lalu
aku kembali membaca buku kumpulan puisi Chairil Anwar. Di akhir buku itu
terkumpul pula surat-surat Chairil untuk kawannya H.B Jassin. Menarik sekali
budaya semacam itu! Begitu estetis dan tampak sangat literat. Itulah alasan
tulisan (selanjutnya kusebut saja, surat) ini kubuat. Tanpa WhatsApp atau BBM,
berujar seperti ini tampak lebih menyenangkan. Kita jadi merasakan
berkorespondensi ala Chairil dan Jassin dalam media yang lebih kontemporer,
media yang pasti akan lebih sering kau singgahi: blog. Terkesan seperti surat
terbuka --seperti kumpulan surat yang ditujukan pada salah satu capres saat
pilpres lalu itu. Baiklah, kuawali surat terbukaku ini dengan sebuah kisah
tentang anak kucing. :)
Kelahiran "The 7th"
Pernah kukatakan
padamu bahwa anak dari anak induk kucingku baru saja lahir. Ini berarti, ia
menjadi kucing ketujuh di rumahku. Sebelumnya, perlu sedikit kuceritakan
perihal silsilah kucing-kucing di rumahku itu. Mulanya aku punya seekor saja
kucing betina berwarna kuning berbulu lebat (baca: jabrig). Bulunya memang
terlalu lebat untuk ukuran kucing kampung. Namun demikian, aku pun sangsi bila
ia adalah kucing "impor". Maka, aku sering menyebutnya kucing
hasil-selingkuhan-dengan-kucing-mahal. Kusebutlah kucing itu
"Jemeng".
Jemeng dan ekornya yang mirip kemoceng |
Saat itu, ternyata,
Jemeng sedang hamil. Beberapa waktu berlalu, Jemeng pun melahirkan dua ekor
anak kucing. Jantan dan betina. Yang betina kunamai Kukuy. Kunamai demikian
karena saat bocah, kucing ini lucu sekali. "Kukuy" yang kumaksud
adalah kependekan dari "kucingku
sayang". Sementara itu, kucing jantan kunamai Jalu. Kelak, namanya jadi
kian panjang yaitu Jalugantengbanget. Hal ini karena Jalu tumbuh besar dan
ganteng (menurutku). Badannya bulat dan gempal dan bulunya lebat --mungkin
diturunkan dari ibunya. Kadang, jika aku menonton Garfield, aku merasa seperti
melihat Jalu. Mirip sekali Jalu dengan kucing tambun di tivi itu. Malang. Tak beberapa
lama kemudian Jemeng mati meninggalkan dua anaknya.
(kiri ke kanan) Jalu, Kukuy, Jemeng |
Jalu dan Kukuy mengi njak satu tahun |
Menginjak usia satu
tahun, Kukuy hamil (sumpah! Aku tak tahu siapa pejantannya). Perlu kau tahu,
Kukuy adalah kucing penyayang. Ia sering menjilati kepala Jalu saat ia
tertidur. Jalu tampak nyaman dimanja seperti itu. Akur sekali. Sayangnya, hal
itu terjadi sampai Kukuy melahirkan empat anaknya. Jalu mulai menjauh dan kabur
dari rumah. Sesekali saja Jalu datang. Itu pun untuk minta makan saja.
Jalugantengbanget |
Keempat anak Kukuy
adalah tiga jantan dan satu betina. Para pejantan itu bernama Chiko, Jabrig,
dan Ciput. Sedangkan yang betina bernama Si Geulis. Begitulah. Hingga akhirnya
"the 7th" lahir dari Si Geulis. "The 7th" adalah uyut Jemeng,
keponakan para pejantan, dan cucu Kukuy serta Jalu. :D
Anak-anak Kukuy |
Anak-anak Kukuy sudah besar |
Kukuy-"the 7th"-Si Geulis
Saat Si Geulis
hamil, ternyata Kukuy pun tengah hamil. Berselang beberapa hari setelah Si
Geulis melahirkan, Kukuy punmelahirkan. Uniknya, Si Geulis membantu persalinan
ibunya, Si Geulis menjilati ibunya, membersihkan kotoran bekas ibunya
melahirkan, dan membantu membersihkan anak kucing yang baru lahir itu.
Sayangnya, anak Kukuy tak bisa bertahan hidup.ia mati setelah beberapa hari
dilahirkan. Entah apa yang kemudian terjadi. Kukuy jadi turut mengasuh
"the 7th" juga Si Geulis. Saat Si Geulis keluar dari kardus, tempat
ia dan anaknya tinggal, Kukuylah yang berjaga menemani "the 7th". Tak
jarang pula Kukuy menjilati Si Geulis seolah-olah ia masih bayi. Mungkin, Kuuy
merasa kehilangan lalu mengatasinya dengan melimpahkan kasih sayang pada Si
Geulis dan "the 7th" yang notabene adalah anak dan cucunya.
Si Geulis- Kukuy- "the 7th" |
Begitulah, Dyah.
Kisah tentang kucing-kucingku di rumah. Hei, bukankah Uk-Uk, kucingmu, itu juga
baru punya adik? Ceritakan padaku. Unggah pula beberapa foto mereka. Sepertinya
menggemaskan sekali tiga penghuni baru itu. Hehe
Cicalengka, 24
Agustus 2014
0 komentar:
Posting Komentar