bermandi warna dan kerinduan duduk di batu-batu
berbarislah anak sekolah menengah menuruni bukit cicaringin
tanpa resah pada seragam mereka yang berlumpur dan basah
sebab hujan baru singgah dan tanah merah berubah jadi perosotan.
tiada pula gelisah pada sekolah mereka yang mulai roboh
dan kelas yang bocor tadi pagi. seorang guru menawarkan payung
yang ia beli dari gajinya --yang berbulan-bulan baru tiba.
anak-anak itu lalu erat memeluk hujan berharap segera muncul pelangi
buat meneduhi bapak guru
di kepalanya air sungai itu deras meluncur menuruni perkampungan
di pinggir perbatasan sumedang, menikung sedikit menuju dampit,
meluap di sebuah kabupaten kota (yang bertahun-tahun mewacanakan otonomi daerah),
menawarkan kebahagiaan lain di tengah keluhan macet, polusi pabrik, dan nama bupati.
lalu benar-benar tumpah di sudut mata seorang pengembara
yang sedang khusyuk menulis puisi
tentang sungai di dalam kepala di masa silamnya
Ia lalu memikirkan akhir puisinya, biar lekas pulang,
dan lekas mengembalikan sungai di kepalanya ke tempat
ia bermula
(Rancabelut)
*Dimuat di HU Pikiran Rakyat, 21 Desember 2014
Sungai di Rancabelut, Cicalengka. Gambar diambil dari video "Lentera Indonesia" di sini. |
3 komentar:
lalu benar-benar tumpah di sudut mata seorang pengembara
yang sedang khusyuk menulis puisi..
I Know that's feeling ^^b
Selamaaat, Nurul! *proud :)
@Esti: Yups! That's (maybe) you. :D
@mpit: Terima kasih, mpit. :)
Posting Komentar