Terkait audio
pembacaan teks, sudah lama saya ketahui. Media-media penyedia seperi Librivox
menyuguhkan buku-buku bacaan yang bagus dalam bentuk audio. Kita bisa membaca
buku tersebut dengan cara mendengarkannya. Hal ini sangat memudahkan pembaca
sebab para pembaca dapat menikmati buku bacaannya kapan dan di mana saja tanpa harus memegang bukunya (cetak
maupun elektronik) di tangan tetapi
dengan memasang headset di telinga. Istilah untuk buku itu pun lalu berkembang
dari "book" ke "e-book" dan menjadi
"audiobook".
sumber gambar: http://audiobuku.com/ |
Menikmati
audiobooks, buku audio, memang menyenangkan. Kita seakan mampu
"membaca" buku sambil berlari, sambil berjalan kaki, sambil
berhimpitan di kereta atau bus dan sambil mengendarai kendaraan bermotor. Bagi
seorang auditori, mereka yang mampu berkonsentrasi dengan suara-suara, buku
audio tentu bisa menjadi pilihan menikmati sebuah buku. Pembacaan seorang
narator dapat membantunya berkonsentrasi. Bagi seseorang yang lebih visual,
tentu buku audio juga bisa jadi pilihan namun perlu sedikit penyesuaian saja.
Sejauh ini, saya yang visual, cukup menikmati kehadiran buku audio sebagai
salah satu cara melahap bacaan. Ya. Pelisanan buku, aktivitas mendengarkan buku
dan kehadiran buku audio kemudian menjadi pilihan untuk para pembaca.
Sumber gambar: http://www.adweek.com/ |
Jumlah buku audio
Indonesia rupanya belum sebanyak buku audio dari luar negeri. Setidaknya ini
yang saya temukan. Saya tidak mau menebak-nebak alasan seperti minimnya daya
serta minat baca atau kandasnya budaya mendongeng. Saya hanya menerka bahwa
kita sedang dalam proses dan menunggu waktu menuju masyarakat literat.
Kesadaran ini, secara pribadi, saya rasakan saat saya ingin
"mendengarkan" buku karya penulis Indonesia. Saya ketik nama atau
judul bukunya di mesin pencari. Yang saya dapatkan? Hasil tidak ditemukan.
Barangkali, saya harus membuatnya sendiri. Setidaknya, saya bisa membantu
kawan-kawan yang senasib sepenganggungan dengan saya --gandrung membaca dan
ingin memiliki kemampuan "membaca" buku sambil berlari, sambil
berjalan kaki, sambil berhimpitan di kereta atau bus dan sambil mengendarai
kendaraan bermotor. Lantas, saya membuat akun di Soundcloud dan merekam
pembacaan cerpen, puisi, serta esai dari penulis-penulis Indonesia.
Ini akun saya di Soundcloud. :) |
Tentu jauh rasanya
menyandingkan upaya kecil yang saya lakukan itu dengan pelisanan cerita di
Librivox, Audible, atau Project Gutenberg. Saya hanya senang membaca
karya-karya penulis tanah air dan saat ini merasa perlu menyebarluaskan
kesenangan saya itu pada banyak orang. Karya-karya para penulis itu mesti
dikenal sebanyak mungkin orang, terutama kaum muda. Cara yang saya tempuh
adalah cara yang terhitung populer. Saya unggah audio pembacaan cerpen saya itu
di kanal Soundcloud, sebuah media yang kekinian, dengan harapan dapat dinikmati
para pengguna media daring, netizen. Lebih jauh, saya berharap hal yang saya
lakukan ini dapat menjadi cara mengapresiasi yang baik atas karya para penulis
Indonesia. Dapat pula menjadi cara teramat sederhana untuk ambil bagian dalam
kemajuan literasi Indonesia.
Sumber gambar: http://www.openculture.com/freeaudiobooks |
2 komentar:
Hai Nurul.. Tulisannya bagus sekali. Saya awalnya berpikir sayalah yang paling awal menggunakan istilah "mendengarkan buku" soalnya saya malas sekali membaca. Saya lebih suka mendengar orang yang udah banyak baca buku ngomong. Jadi saya ga perlu repot baca lagi hehe^^
Tapi membaca apa yang ditulis, ternyata pesannya hal lain.. So Good Luck saja untuk terus maju dan maju
Hehe, nuhun Om. di luar nagreg, eh, maksudnya luar Indonesia udah ada Librivox, audible sama project gutenberg sbg penyedia audiobook (pastinya masih banyak lagi). Coba deh mampir ke sana. Pesannya lain? pesan bernada iklan nya? haha
Posting Komentar