Dan aku hanya bisa menawarkan pelukan bagi dalamnya dukamu. Sementara tangis telah lebih dulu menganak sungai dari sudut matamu. Lukamu, segala kenangan yang mengakar hingga pangkal jantung dan cinta yang tak akan tergantikan sesiapa, sempurna membiru pagi itu.
Di titik sepilu itu, aku bersedia ada saat kau begini jatuh, saat semua pergi ini tak pernah kembali, saat semua harap dibatasi mati, saat semua kesempatan menutup dirinya sendiri.
Waktu perlahan berganti seperti seharusnya. Barangkali juga semua duka yang sama-sama kita punya.
(Dipati Ukur, 2019)
3 komentar:
Kamu sudah minum obat?
Obat sakit hati gak ada, Dayeuh. Haha.
Posting Komentar