06 Desember 2009

“Pokoknya, Saya tidak mau jadi penulis!Titik!!” *

Sahabat, siapapun kalian tentu telah mengenal cukup lama apa itu kegiatan menulis. Menulis telah kita ketahui sejak dulu. Semenjak duduk di bangku sekolah dasar, keterampilan ini telah diajarkan dengan giat oleh guru. Setiap pelajaran bahasa Indonesia baik di SMP maupun SMA kita telah ditugaskan untuk menulis bermacam karangan seperi deskripsi, eksposisi, persuasi, argumentasi dan narasi, atau ditugaskan utnuk menulis bermacam karangan fiksi seperti puisi ataupun cerpen, bahkan saat duduk di bangku kuliah kita dihadapkan pada berbagai jenis tugas yang pada intinya menuntut kita untuk menulis. Maka, tidak ada yang aneh dengan kegiatan yang satu ini.
Namun, hal ini menjadi lain jika ada semacam kenikmatan tersendiri saat menumpahruahkan ide dalam bentuk jajaran abjad. Mungkin inilah salah satu alasan yang menyebabkan tidak sedikit orang berkeinginan atau bercita-cita menjadi penulis. Sahabat yang sama-sama memiliki ketertarikan dalam hal tulis menulis mungkin berpendapat serupa. Menulis bukan hanya satu dari empat keterampilan berbahasa, namun lebih jauh dari itu menulis telah menjadi semacam urat nadi bagi yang mencintainya. Di samping itu, dari sebuah buku karangan Moch. Fauzil Adhim berjudul “Inspiring Word For Writers” berkata bahwa setiap tetes tinta seorang penulis adalah darah bagi perubahan peradaban. Ya, menulis telah menjadi kegiatan yang penuh manfaat dan teramat indah. Kendala muncul ketika banyak orang yang bercita-cita menjadi seorang penulis kebingungan untuk mulai mewujudkan keinginannya itu. Setidaknya, inilah racun yang mengotori pikiran saya. Istilah seperti Writer’s Block, perasaan tidak mampu, minder, dan lain sebagainya kerap kali jadi ancaman terbesar dan telah kian mengikis keinginan untuk menulis. Pernah pada suatu kondisi dimana cita-cita saya untuk menjadi seorang penulis telah sampai pada sebuah titik nadir, saya berkata dalam hati “Pokoknya, saya tidak mau jadi penulis! Titik!!”. Sejak saat itu saya perlahan vakum dari kepenulisan yang telah saya cintai sejak duduk di bangku sekolah dasar kelas lima.
Keinginan untuk kembali menulis bangkit saat duduk di bangku Universitas. Sebesar apapun keinginan saya untuk kembali menulis, saya cukup tahu diri dalam hal ini. Saya tak mau jadi orang yang mabuk ingin disebut penulis tanpa tahu beragam ilmu. Maka saya pun banyak berguru dan mengasah ilmu serta membaca beraneka buku untuk menopang keilmuan dan wawasan saya. Dalam perguruan inilah saya bertemu dengan Jonru di Sekolah Menulis Online (SMO). Beliau adalah seorang penulis ulung, namun beliau lebih terkenal di dunia internet. Selain itu, saya mencoba bergabung dengan Forum Lingkar Pena Bandung, banyak berdiskusi dengan sahabat-sahabat perihal kepenulisan dan membaca beragam buku.
Salah satu buku yang saya coba telaah adalah buku terbaru Jonru yang tersedia dalam bentuk e-book, “Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat”. Dari sana saya kemudian mengetahui bahwa penulis sukses bermula dari penulis hebat. Penulis hebat adalah mereka yang berjiwa pantang menyerah, dan tak pernah padam semangatnya, sedangkan akibat dari penulis hebat adalah seorang penulis sukses. Memang, harga e-book ini adalah Rp. 49.500 namun setiap pembeli dijanjikan sebuah diskon terbesar dari Sekolah Menulis Online (SMO) senilai Rp.200.000 serta beragam tawaran menarik lainnya seperti modul eksklusif dari SMO, didaftarkan sebagai murid SMO pada kelas Free Trial, mendapat bimbingan karir di bidang penulisan yang berlaku seumur hidup, dan sebagainya. Tawaran tersebut berlaku hingga versi cetaknya telah terbit.



Sahabat, seperti dituturkan dalam buku Jonru bahwa sejatinya menulis ternyata bukan sekedar teknis yang bersifat hard skill semata, di dalamnya perlu sentuhan soft skill seperti motivasi dan semangat sebab akan terasa percuma jika Sahabat lihai menguasai teknik menulis yang baik namun tak mempunyai semangat dalam menulis.
Buku ini telah memotivasi saya. Meski belum selesai membacanya, saya telah merasakan aura-aura positif yang seakan membakar semangat menulis saya. Sahabat bisa mengunduh e-book tersebut di www.penulishebat.com, menjadi bagian dari Fan-pagenya di facebook atau mengunjungi twitter

Sahabat, berangkat dari semangat ini, saya ingin mencoba mengubah pernyataan saya beberapa waktu yang lalu itu. Pernyataan bahwa saya telah teramat lelah dan menyerah menjadi : “Saya tidak akan menyerah di detik ini. Jika menulis adalah sebuah cita-cita dan harapan, maka perjuangan dan kerja keras adalah tangga yang menghantarkan saya ke sana. Berapa kali pun saya harus jatuh, sejatinya itulah tunas dari buah yang akan saya kecap manis di kemudian hari. Hakikat seorang penulis hebat adalah dari kekuatannya untuk bangun saat berjuta kali ia jatuh. Bukankah Abraham Lincoln telah mengalami banyak kemalangan dalam hidupnya, namun kemudian ia sukses menjadi seorang pemimpin di negeri Paman Sam, atau Thomas Alva Edison yang telah 999 kali gagal dalam eksperimennya, namun kemudian ia berhasil di eksperimennya yang ke 1000 berkat jiwa pantang menyerahnya.
Terlepas dari kadar kejelekkan tulisan saya, mencoba dan berlatih dengan tekun adalah sesuatu yang akan mengasah kemampuan menulis saya nantinya. Terlepas dari seberapa banyak karya saya dilempar penerbit, sejatinya tulisan saya telah diterima oleh keikhlasan saya memperbaiki diri. Saya ingin menjadi penulis hebat!”


Semoga bermanfaat.







*) Naskah diikutsertakan dalam Lomba Menulis “Saya ingin menjadi penulis hebat!”, Sekolah Menulis Online (SMO).

0 komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Perkenalkan! Saya Nurul Maria Sisilia. Seorang pengajar, penulis, dan pekerja sosial. Saya senang menulis hal menarik yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Mari berbincang!

Terjemahkan (Translate)

Rekan

Diberdayakan oleh Blogger.