“Ah, jiwa
Mengapa kau renta terlalu muda?
rapuh dihembus bisik angin
roboh di belai ujar kemarin”
nampak tiada akan bisa (atau tak akan pernah bisa) ia berdiri dalam jatuhnya
atau sekedar tegar meski sebentar
terlalu muluk ia definisikan hidup
dengan kamus kebesaran tatanan perkiraan
sedang kata-kata yang terbaca tersusun terbata
berlomba-lomba dengan airmata batinnya
Ia telah lelah dengan bermacam kesimpulan
yang menggaung tanpa iba di kala senja
Hanya kata
Sedang mayapada sejatinya sajikan wacana
“Ah, jiwa
bagaimana esok kan kita jelang bersama
jika malam ini kita masih bercengkrama
perihal cara menerima suratan dunia?”
26 November 2009
2 komentar:
kunjungan pertama nich..
Ayo semangat tuk berposting,..
Sukses selalu
waaah... terima kasih!
^^
Posting Komentar