kata-katamu itu punya nyawa. ia berpindah dari mulutmu ke telinga manusia lainnya.
masalahnya, kata-katamu punya rangkaian tak utuh dan bersayap.
manusia lain yang menangkap kata-katamu dalam bentuk ekor, hanya menyimpulkan berupa ekor.
mereka yang menangkap kata-katamu berupa paruh, menafsirkan kata-katamu serupa paruh. maka manusia-manusia mengartikan tak sama. berbeda.
tuan, jaga bicaramu.
jaga kata-katamu.
ia bisa terbang menjadi pedang dan menghunus jantungku. mengancam nyawaku.
9 komentar:
hatur nuhun teh, puisinya mengingatkan agar selalu menjaga lidah...
sangat bermanfaat :-)
kayanya teh Nurul spesialis puisi nih, he...
hha, terinspirasi dari pemberitaan di media tentang keluhan sang presiden tentang gajinya yang tak kunjung naik. orang-orang menafsirkan negatif, padahal beliau berkata demikian hanya untuk pemberitahuan (katanya sih). ^o^a
betul teh, ide itu memang bisa dateng dari mana saja ya!
karena teh Nurul spesialis puisi, bikinin saya puisi ya! he...
Baru katanya. Katanya salah, katanya juga benar. jadi apa? haha.. tragis ya.
@Eri
iya, Ri.. tragis benar, ya?
itulah mengapa kita mesti berhati-hati dengan kata-kata. ^^
@niko
bikinin? tentang?? hhe,
simpel aja...
tentang saya...
seadanya dan sebisanya...
nanti balasannya, saya bikinin teh Nurul cerpen, salah-satu tokoh utamanya adalah Teh Nurul...
gimana, setuju?...
he...
wah?? boleh tuh,,
agak fiksi boleh kan? atau diambil dari cerita (asli) niko?
terserah teh Nurul...
asyik, jadi ya!...
low dah beres puisinya, kasih tahu ya....
cerpen segera dibuat, he....
Posting Komentar