27 Agustus 2012

Buku Baru untuk Lebaran*




Menurut pendapat  Quraish Shihab, Idul Fitri memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa itu sendiri. Idul Fitri secara etimologi (kebahasaan) berarti hari raya kesucian atau juga hari raya kemenangan, yakni kemenangan mencapai kesucian, fitri.  Artinya, Idul fitri adalah momen peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah umat, bukan melegalkan konsumerisme. Hal ini jelas bertentangan dengan fakta yang terjadi di masyarakat. Kebiasaan membeli aneka barang baru menjelang Idul Fitri seakan telah menjadi tradisi yang mengakar.

“Momen Ramadhan dan Idul Fitri, masyarakat lebih banyak membutuhkan uang di luar penghasilannya. Maka, selain tidak menambah jumlah tabungan, masyarakat menambah uang dengan mengambil kredit bank berupa kredit konsumsi,” kata Kepala Perwakilan BI Tasikmalaya, Isa Anshory. Selaras dengan itu, Pengamat Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ahmad Makruf menyatakan jumlah uang yang beredar di DIY selama Idul Fitri ini sekitar Rp.83  miliar. Dari jumlah tersebut kelompok masyarakat berpenghasilan rendah menjadi penyumbang persentase peningkatan konsumsi. Diperkirakan, biaya hidup masyarakat miskin meningkat hingga 45% untuk sekadar merayakan Lebaran.  Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat konsumerisme  masyarakat cenderung meningkat menjelang Idul Fitri.

Secara personal konsumerisme untuk menjalankan suatu tradisi bukanlah sesuatu yang salah. Namun, ada baiknya jika masyarakat mengatur konsumsinya secara bijaksana. Skala prioritas kebutuhan perlu dibuat, tentu tidak perlu mengkonsumsi sesuatu yang sebetulnya tidak dibutuhkan. Tradisi membeli buku baru yang bermanfaat agaknya bisa menjadi tawaran yang baik untuk mengganti tradisi belanja yang berlebihan.

Telah diketahui berbagai manfaat membaca buku. Manfaat tersebut antara lain sebagai latihan otak dan pikiran. Membaca dapat membantu menjaga otak agar selalu menjalankan fungsinya secara sempurna. Saat membaca, otak dituntut unutk berpikir lebih sehingga dapat membuat orang semakin cerdas. Tapi untuk latihan otak ini, membaca buku harus dilakukan secara rutin. Selain itu, membaca buku memungkinkan pembaca mengambil manfaat dari pengalaman orang lain. Hal ini sangat baik untuk memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup. Artinya, membaca buku yang bermutu pun merupakan investasi yang bermanfaat bagi manusia.

Kebiasaan membeli atau membelikan buku saat Lebaran berarti memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain, bagi kehidupan jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu, kebiasaan ini menunjukkan respek yang positif terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, kebiasaan ini bisa menjadi paradigma baru saat berjumpa dengan Idul fitri. Harapannya, kita tidak lagi terperangkap dalam euforia perayaan Idul fitri yang berlebihan.

Momentum Idul Fitri merupakan momentum yang diperingati bersama. Namun akhirnya, kita tinggal memutuskan, Idul Fitri seperti apa yang akan dipilih: bersifat konsumtif atau bersifat didaktif?



*) dimuat di Kampus Pikiran Rakyat, 23 Agustus 2012


0 komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Perkenalkan! Saya Nurul Maria Sisilia. Seorang pengajar, penulis, dan pekerja sosial. Saya senang menulis hal menarik yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Mari berbincang!

Terjemahkan (Translate)

Rekan

Diberdayakan oleh Blogger.