sebelum api menghanguskan belantara duka dalam dadaku
aku menulis satu demi satu rasa sakit
yang bertahun kupendam di dasar jantung sebagai kayu bakar
dan kembali melukis wajah-wajah yang
memasang tawa namun memasung nafasku.
masa lalu yang pedih dan dendam yang meletup
adalah juga tubuh-tubuh yang akan kulempar jauh ke dasar jurang
supaya tak tersisa satu pun
kenangan.
api lalu berkobar di kedalaman batinku,
merambat di urat nadi, menyala dalam sajakku.
ia membakar keteduhan dan kegaduhan, memantik keresahan jadi kerusuhan,
mengubahku jadi bara yang melahap ibrahim, juga lautan api
yang menghanguskan sebuah kota.
dalam dadaku, kini api telah beringas melumat luka
telah sempurna memerdekakan
air mataku.
(sumedang, ramadan 1436)
0 komentar:
Posting Komentar