16 September 2015

Berkah Berkomunitas


Apa yang  membuat seseorang ingin bergabung dalam sebuah komunitas? Jawaban dari pertanyaan ini akan beragam. Sebut saja pengalaman, ilmu, dan relasi (atau jodoh?). Tentu akan banyak manfaat yang diperoleh seseorang saat ia bergabung dalam sebuah komunitas. Berikut adalah beberapa manfaat, berkah --atau apapun itu istilahnya-- dari berkomunitas yang saya rasakan.

Rekan belajar yang banyak

Tahun 2009 saya memiliki keinginan yang kuat untuk belajar menulis sebab saya sadar bahwa tulisan saya pada tahun itu luar biasa jelek sedangkan saya bermimpi untuk menjadi penulis. Oleh sebab itu, saya bergabung dengan forum kepenulisan Forum Lingkar Pena (FLP). Lewat forum inilah saya belajar menulis secara bertahap dari rekan-rekan saya di komunitas. Apa yang saya pelajari di FLP? Tentu bukan melulu materi formal seperti di kelas. Saya dan teman-teman di FLP saling mengoreksi tulisan masing-masing yang telah dibuat satu minggu sebelum bertemu (biasanya hari Minggu). Kami pun membaca buku bersama, berdiskusi, dan bertukar pikiran. Sesederhana itu, namun sungguh bermakna. Dari rekan-rekan saya sendiri, saya mendapat ilmu mengenai editing, sejarah sastra, hingga tips menembus media massa. Saat ini, saya merasa tulisan saya jauh lebih baik dari tulisan tahun 2009 (yang sungguh mengenaskan jika dibaca kembali itu). Contoh lain, saya sungguh awam perkara blogging namun saya sungguh berkeinginan untuk menjadi penulis blog yang baik. Oleh sebab itu, saya terjun di komunitas blogger. Hal yang dilakukan dalam komunitas ini sederhana saja. Kami saling mengomentari postingan blog masing-masing, mengingatkan untuk konsisten menulis, dan menggelar kopi darat. Sederhana. Namun lewat komunitas ini pula saya mendapat rekan-rekan belajar yang mengajarkan cara mengatur tata letak, misalnya. Ya, lewat komunitaslah kemungkinan-kemungkinan  ini akan terjadi sebab saya memiliki rekan belajar yang banyak.

Kamisan FLP Bandung di selasar timur masjid Salman ITB
Mengembangkan potensi

"Jika ingin pergi cepat, pergilah sendiri. Namun jika ingin pergi jauh, pergilah bersama-sama". Demikian tutur pepatah Afrika itu. Ya, tentu saja, berjalan sendirian akan membuat seseorang berjalan dengan cepat sebab ia tidak perlu repot-repot memikirkann keperluan orang lain sepanjang perjalanan. Ia akan berfokus pada tujuannya sendiri. Oleh sebab itu, ia bisa berjalan sambil sesekali berlari, berjalan dengan langkah yang panjang-panjang, atau bahkan mencari jalan tikus supaya lekas sampai ke tujuan. Berbeda halnya jika berjalan bersama-sama. Perjalalan bisa jadi lebih lambat daripada berjalan sendirian sebab kemampuan berjalan seseorang dengan  orang lain yang berbeda. Namun demikian, perjalanan yang ditempuh saat berjalan beramai-ramai akan menjadi jauh dan panjang dari dugaan. Hal tersebut karena setiap orang yang bergabung dalam perjalanan tersebut akan selalu memberikan ide dan gagasan baru pada setiap titik perjalanan. Perjalanan akan menjadi jauh dan panjang sebab ditempuh dengan variasi yang selalu baru dan segar. Barangkali jalan baru, rute baru, tempat tujuan baru, atau jalan tikus baru.

sumber: google

Pepatah Afrika tersebut sangat sesuai dengan manfaat yang didapatkan seseorang saat bergabung dalam komunitas, forum, organisasi, LSM, atau apapun istilahnya.  Kalimat pertama pepatah Afrika itu berbunyi "Jika kau ingin pergi cepat, pergilah sendiri". Kalimat itu menyiratkan potensi yang dimiliki individu. Seseorang bisa saja mengasah potensinya sendiri lewat belajar secara otodidak namun ia takkan mendapatkan hasil lain yang dapat melampaui dugaannya. Lain halnya jika ia mengamini kalimat kedua yang berbunyi "Jika kau ingin pergi jauh, pergilah bersama-sama". Kalimat ini menyiratkan keberadaan sebuah komunitas sebagai ruang bagi individu untuk belajar lebih optimal. Dalam komunitas, seseorang bukan hanya menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hal yang diminati melainkan juga kepribadian dan cara pandang. Dengan demikian, seseorang bukan hanya mampu mengasah potensinya melainkan juga mengembangkan bahkan melampaui potensinya jadi makin baik.

Semangat gotong royong

"Media sosial saat ini mampu mengalahkan dinas sosial!" demikian kelakar Agus Akmaludin, Kepala Departemen Advokasi dan Pendidikan Alternatif LSM Frekuensi saat cuitannya di Twitter mengenai Sekolah Rakyat mendapat sambutan dari banyak pihak. Kebanyakan dari mereka bahkan menawarkan bantuan finansial untuk pembangunan sekolah terbuka di Kampung Rancabelut Cicalengka tersebut. Sambutan cepat itu rupanya banyak digagas oleh komunitas-komunitas yang aktif di media sosial. Saya kemudian menyimpulkan bahwa komunitas mampu membangun semangat gotong royong dan tolong menolong. Dengan semangat seperti ini, seseorang jadi terbiasa bekerja sama dalam sebuah tim dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi.

Pengajar Sekolah Rakyat bersama Komunitas 1000 Guru Bandung (sumber: @frekuensi_edu)

Membangun relasi

Saat ikut dalam sebuah komunitas, saya akan mengenal banyak orang dari latar belakang yang beragam. Artinya, saya memiliki banyak teman yang bisa diajak berdiskusi. Lewat teman-teman dalam komunitas, pintu rezeki pun akan mengalir. Saya akan mendapat informasi mengenai pihak-pihak yang memerlukan kemampuan saya dari rekan-rekan di komunitas. Saya pun akan  dengan sigap memberitahu pihak-pihak yang kiranya sesuai dengan kemampuan rekan saya. Dengan demikian, relasi yang terjalin tidak hanya sekadar saling kenal tetapi juga saling memberi manfaat.

***
Yups! Saat saya memutuskan untuk belajar menulis atau belajar blog, bisa saja saya memilih untuk belajar sendiri tanpa bantuan orang lain. Saya akan memilih membaca banyak buku mengenai cara sakti satu malam menjadi penulis best seller atau jurus jitu menjadi blogger tajir dunia-akhirat. Saya akan belajar lebih cepat sebab saya tidak harus mempertimbangkan kebutuhan komunitas. Namun, saya sadar bahwa kemampuan saya akan terbatas pada hal yang saya perjuangkan sendirian saja. Seperti pepatah yang saya kutip di awal, saya hanya akan berjalan cepat namun tidak berjalan jauh. Saya hanya akan tahu tapi tidak bisa membaginya kepada banyak orang. Itulah kiranya berkah-berkah bergabung dengan komunitas yang saya rasakan.

Lalu, apa manfaat yang kamu rasakan saat bergabung dengan komunitas?



2 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya jadi senyum-senyum baca pengantarnya. Heuheu soalnya saya juga dapet jodoh di komunitas XD

Nurul Maria Sisilia mengatakan...

Haha. iya. Itu namanya super berkah :D

Mengenai Saya

Foto saya
Perkenalkan! Saya Nurul Maria Sisilia. Seorang pengajar, penulis, dan pekerja sosial. Saya senang menulis hal menarik yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Mari berbincang!

Terjemahkan (Translate)

Rekan

Diberdayakan oleh Blogger.