01 Maret 2019

Peringkat Dua Empat

Akhirnya pengumuman Olimpiade Guru Nasional tiba. Sebelum hari itu datang, rekan sesama guru sempat berujar, "Yakin kita bakal maju ke tingkat provinsi lah kalau dilihat dari lawan yang ikut bertanding mah. Rata-rata mereka sudah sepuh, 'kan?". Memang, sih. Banyak peserta senior yang ikut serta dalam olimpiade tersebut. Namun,  saya pikir pengalaman mereka pun tidak bisa diabaikan. Ini gelaran ke sekian dan saya rasa mereka telah menempuh jalan ninja untuk mengikuti gelaran olimpiade ini secara rutin. Maka setidaknya mereka telah terlatih berada di "medan perang". Selanjutnya, rekan yang lain bilang, "Minimal kita ada di sepuluh besar lah!". Amin, amin. Memang harus optimistis dalam memandang segala hal ya. Hehe.

Tim Olimpiade Guru Nasional formasi lengkap.Pose belum kompak.


Saat pengumuman tiba, kami terkesima, takjub, dan tak percaya. Yang bisa menembus lima besar tingkat kabupaten adalah Pak Somantri dari bidang studi IPA. Ini langkah yang menakjubkan sebab di tahun berikutnya Pak Somatri bisa diproyeksikan untuk menembus peringkat satu dan menjadi perwakilan kabupaten di tingkat provinsi. Lalu, sisanya? Alhamdulillah lah, ya…~ bersyukur masih tercatat di daftar peserta olimpiade. Haha. Setidaknya kami sudah berani memulai dan kami pun telah memulainya dengan sempurna. 
Pak Somantri masuk lima besar bidang studi IPA!


Ya, memulai dengan baik! Saya jadi tiba-tiba ingat motto ITENAS untuk penerimaan mahasiswa baru tahun ini "It's a good start". Yes, true! Semuanya adalah awal yang baik. Semua adalah langkah yang baik. Tidak ada awalan yang buruk sejauh ini. Dengan segala keterbatasan yang kami miliki, kami ternyata mampu menyelesaikan misi ke barat mencari kitab suci ini dengan bahagia dan suka cita. :D


Lalu, peringkat saya?

Saya berada di peringkat 24 dari total 200 peserta (kurang lebih). Haha. Rasanya, tak dapat dipercaya! Maksud saya, saya tidak pernah mengangankan akan ada di peringkat setinggi itu tapi juga tak membayangkan akan ada di peringkat paling bawah. Jadi, ketika mengetahui peringkat saya, saya merasa cukup puas. Rasanya seperti menebar benih buah-buahan secara sembarang tapi ternyata berhasil tumbuh. Seperti itu kurang lebih. Hehe

Iya, intinya, saya tak banyak menaruh harapan kala itu. Semua saya lakukan benar-benar karena suka. Saya ceritakan awal ikut olimpiade di sini. Hasilnya, saya tidak merasa kecewa saat peringkat saya bahkan tidak bertengger di posisi sepuluh besar. Tahun depan, menurut saya, kesempatan untuk ikut serta lagi masih terbuka lebar. Kalau gagal lagi? Masih bisa berusaha dan coba lagi tahun selanjutnya. Begitu saterusnya. Bukankah proses yang menantang itu jauh lebih menyenangkan untuk dihayati tenimbang semata menikmati hasil?
Peringkat saya di gelaran OGN 2019. Tidak begitu buruk! :D

Lewat gelaran olimpiade ini saya jadi merenung. Saya berpikir, jika di masa mendatang saya  kecewa karena gagal dalam suatu hal maka sepertinya ada yang salah dengan cara saya berharap. Saya akhirnya sadar bahwa hal yang paling bisa kita takar, kendalikan, dan analisis adalah usaha kita sendiri. Sebaliknya, kenyataan alias realitas adalah hal yang tidak bisa kita kuasai. Jadi, rasanya tepat jika kita lebih memperkuat usaha dan justru memperkecil harapan atas kenyataan di masa depan. Ah, semoga di bulan depan, di tahun depan, atau di masa mendatang saya masih bisa dengan lebih bijak memaknai ucapan saya sendiri ini. XD
Lantas, saya pun tak lekas kecewa dengan segala hal yang terjadi karena terlalu banyak berharap kepada hal di luar diri saya. Amin.

Sekian dulu.
Si peringkat dua empat yang berbahagia ini mau menyiapkan cerita lainnya :)

0 komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Perkenalkan! Saya Nurul Maria Sisilia. Seorang pengajar, penulis, dan pekerja sosial. Saya senang menulis hal menarik yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Mari berbincang!

Terjemahkan (Translate)

Rekan

Diberdayakan oleh Blogger.