12 September 2019

ESOK

Nyatanya, esok jadi ketakutan yang terus menghantui sepanjang tidur. Ia menawarkan beragam kemungkinan yang masih kelam dan tak terjamah. Ia adalah ketidakpastian atas semua janji yang mungkin tak bisa ditepati. Ia adalah kebimbangan bagi semua jumpa yang mungkin tak bisa dipenuhi. Di lain sisi, esok adalah mimpi yang bersinaran sebab ia terletak begitu jauh dari masa silam. Ia menawarkan harapan yang sepenuhnya baru untuk digenggam. Ia menyuguhkan aneka kejutan di setiap jalan. 

Lantas, harusnya seperti apa "esok" itu kita pandang, wahai, Diri? Apakah esok akan benar-benar berpihak pada kita? Apakah tarik-menarik antara harapan dan berjuta kemungkinan itu akan bisa kita lalui? 

Jika sudah begini, baiknya kita memang sedikit menepi, duhai Diri. Kita mesti menyepi untuk sejenak meresapi yang benar-benar terjadi saat ini, kini, dan di sini lalu melakukan segala hal sebaik dan semampu kita. Bukan terlalu menyeret diri pada bayangan masa depan terlebih masa lampau.  Begitu, bukan? 

Sejauh ini, kau dan aku ternyata terlalu lelah dengan segala hal yang berkelebat di kepala. Kita merasa terganggu dengan kehadiran waktu itu sendiri. Kita merasa resah pada sekitar; sosok-sosok yang datang dan keadaan-keadaan yang gamang.

Duduklah sejenak dan pejamkan mata.  Akui jika kita memang benar-benar sedang lelah dan lemah. Esok akan tetap datang namun kita tak mesti berlari ke arahnya, bukan? 
Ah, sudahlah.
 
Rehatlah lagi.

x

0 komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Perkenalkan! Saya Nurul Maria Sisilia. Seorang pengajar, penulis, dan pekerja sosial. Saya senang menulis hal menarik yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Mari berbincang!

Terjemahkan (Translate)

Rekan

Diberdayakan oleh Blogger.