Halaman Masjid Agung Cicalengka |
Pagi itu kami, Asep K, Asep F, Ibam, Dian,
Agus, Aria. Esti, Dede, Puri, Resti, dan saya, berkumpul di Masjid Agung
Cicalengka pukul 07.00 WIB. Kami hendak mendaki Gunung Geulis dan menikmati pemandangan
Bandung-Sumedang di ana. Di luar perkiraan, sembilan dari sebelas anggota
pendakian lengkap terkumpul pada pukul 07.30 WIB. Karena hari makin siang, kami
pun segera berangkat menggunakan angkot Cicalengka-Cileunyi. Dua orang anggota
lagi yng masih tertinggal, Esti dan Dede akan menyusul kemudian. Setelah 15 menit perjalanan di angkot, kami
pun turun di Cipasir. Cipasir merupakan jalur masuk menuju Gunung Geulis dari
arah Cicalengka selain Desa Cikuda dari arah Jatinangor, Sumedang . Di Cipasir, kami sempat kebingunng karena dua rekan kami
belum juga datang menyusul rombongan. Sempat menunggu beberapa lama, akhirnya
rombongan ikhwan meneruskan perjalann sedangkan rombongan akhwat menunggu Dede
dan Esti. Alhamdulillah, anggota pun lengkap berkumpul setelah penantian
yang cukup melelahkan.
Sepanjang Cipasir |
Sepanjang Cipasir mata kami dimanjakan dengan pemandangan sawah yang menghampar hijau dan
memesona. Dari sana, kami berbelok ke Desa Citanggulun lalu berjalan terus hingga
Desa Jatiroke. Sampai di perbatasan Jatiroke-Cikuda, kami berjalan menuju kaki
Gunung Geulis. Di sini, terdapat hamparan ladang perkebunan penduduk setempat.
Beragam tanamann yang ranum dan segar
membentang sepanjang mata memandang.
Perkebunan Warga |
Tak lama kemudian, kami memasuki kawasan hutan
yang dipenuhi semak dan pepohonan. Ini adalah pintu Gunung Geulis yang
sebenarrnya. Dian berada di barisan depan
sebagi pemandu pendakian kami.
Mulai Menanjak |
Pendakian dimulai. Beragam jalur kami lewati.
Jalan di tempat ini cukup menanjak dan di beberapa titik jalan pun menyempit.
Tanah agak licin saat itu, kami pun mesti berhati-hati sebab bila sedikit
lengah kami bisa terjatuh. Baru saja
mewanti-wanti beegitu, kami dikagetkan dengan teriakan teman kami, Resti. Dia
terjerembab di sebuah jalan yang memang agak menyempit. Segera kami menarik Resti dari bibir jurang. Kami berhasil
membawanya ke atas dan segera menenangkannya. Perjalanan kami terhenti sejenak
karena hal itu baru beberapa lama kemudian perjalanan dilanjutkan.
Memandang Jatinangor dari ketinggian |
Setelah melewati beragam jalur, akhirnya kami
sampai di bahu gunung. Dari sini, terlihat jelas pemandangan Jatinangor,
Sumedang begitu indah. Dari bahu gunung, perjalanan dilanjutkan menuju puncak
gunung. Semakin ke atas, semakin terlihat punck Gunung Geulis yang menyuguhkan pemandangan mengagumkan. Akhirnya,
setelah lama berjalan, kami pun sampai di puncak Gunung Geulis. Ada semcam
makam di sini, tepatnya di bawah sebuah pohon besar di salah satu sisi puncak
gunung. Banyak mitos mengenai makam ini, namun Dian sendiri menyangsikan kebenaran mitos bahkan makam itu
sendiri. Dian hapal betul area ayang sedang kami lewati, maka kami percaya saja.
di puncak gunung |
Di puncak gunung Geulis, kami menikmati
pemandangan Bandung-Sumedang yang luas. Gunung Geulis sebenarnya merupakan puncak
dari perbukitan yang terdapat di sekitar puncak Gunung Geulis. Dari puncak ini
juga, kami dapat melihat gunung-gunung yang bertetangga dengan Gunung Geulis seperti Gunung Jarian, Gununng
Iwir-iwir, dan Gunung Aseupan
"Ada kereta! Nah, itu berarti itu Rancaekek!"
terka salah seorng sahabat kami dengan sumringah. Ia menunjuk ke arah selatan. Tampak
sebuah kereta sedang melaju. Kereta tersebut terlihat kecil dan lambat dari
puncak ini. Ya, semua seakan seperti
diorama yang mengagumkan.
"Cik, mana bumi abi?" [1] celoteh
teman kami yang lain dengan penuh canda. Kami pun melepas lelah dengan menikmati
pemandangan yang menakjubkan dan keceriaan.
Di puncak tersebut, kami pun membuka bekal makan kami dan segera menyantapnya dengan lahap.
Semua lelah seakan terbayar dengan kebersamaan kami.
Setelah selesai menyantap makan siang, kami
segera berbenah sebab tiba-tiba langit mendung dan angin berembus kencang.
Kabut turun siang itu lalu sesaat kemudian hujan deras turut turun. Kami berlari
mencari tempat berteduh. Jadilah kami berteduh di bawah atap yang meneduhi
makam. Setelah hujan cukup reda, kami memutuskn pulang. Kami sempat berdebat
memutuskan jalan pulang. Dian menyarankan pulang ke jalan semula, sedang Agus
mengajak menempuh jalan lain yang menurutnya lebih singkat. Personil menjadi
berkurang sebab Dian memutuskan untuk pulang sendiri menempuh jalur semula. Sisanya,
kami, mengikuti petunjuk dari sang pemandu baru, Agus. Kami turun dari sisi
lain gunung, yaitu jalur sebelah kiri.
Turun gunung |
Semula, perjalanan berjalan biasa saja, tapi
makin menurun, jalan ternyata makin terjal. Kami harus jalan mundur dengan
berpegangan pada ranting-ranting dan batang rumput yang kuat menjulur ke bawah.
Kami melakukan aksi rappeling alias menuruni tebing demi turun dari
gunung ini dengan cepat dan selamat. Namun, ternyata jalur yang kami ambil tidak mudah. Jalan yang sangat licin menjadikn jalan ini berbahaya,
terlebih setelah Agus yang menjadi pendahulu menbewarakan bahwa jalan di depan
tidak bisa dilewati karena terlalu curam. Alhasil, kami memutar badan dan
kembali ke jalur semula, jalur yang dilewati ketika naik ke gunung. Kami pun
naik lagi ke puncak dengan baju yang
sudah tidak bisa disebut bersih. Sungguh, pakaian kami seperti habis
terjerembab ke lumpur.
Kami menuruni jalan semula dengan lebih
berhati-hati, sebab jalanan menjadi sangnt licin selepas hujan deras tadi. Kami
harus berpegangan pada dahan dan ranting yang kuat agar tidak terjatuh. Meski
demikian, tetap saja ada yang tergelincir dan beberapa kali terpeleset. Puri
dan Aria termasuk yang paling sering terpeleset. Aria terpeleset dan terjatuh
duduk lalu tergelincir ke bawah, mirip seperti anak kecil main perosotan. Teman-teman
yang berada di bawah Aria harus menghindar sebab jika tidak, mereka akan ikut
jatuh. Efek domino! Seram memang, tapi kami pun menertawakannya juga. Akhirnya,
kami sampai di perbatasan Jatiroke-Cikuda. Tempat pertama memasuki Gunung Geulis. Tenaga yang sudah mulai terkuras tampak
dari wajah kami yang lelah. Kami memutuskan tidak berjalan ke jalur Jatiroke
menuju Cipasir tapi berjalan menelusuri Cikuda menuju Jatinangor.
pulang...... |
Kami melewati perumahan penduduk yang sore itu
sedang ramai.
"Ini baru ujian mental, melewati perumahan
dengan penampilan yang enggga banget!" seloroh seorang
teman sambil tertawa. Kami pun ikut tertawa.
Kami pun sampai di jalan raya Jatinangor. Di
sana kami naik angkot Cileunyi-Sumedang. Tampak ada dua orang ibu saja di dalam
angkot itu. Salah seorang ibu menatap kami yang mengenaskan. "Punten nya,
Bu, barau, " [2] ujar Esti sambil tersenyum. Sang ibu tersenyum geli.
Sampai di terminal cileunyi kami meneruskan perjalanan pulang dengan angkot
Cileunyi-Cicalengka. Pukul 16.00 WIB kami memasuki Cicalengka, kami pun berpisah
dan segera melepas lelah di rumah masing-masing.
Alhamdulillah,
perjalanan kali ini sangat berkesan. Kami membaca Gunung Geulis dengan semua
tanda kekuasaan Sang Pencipta. Gunung-gunung yang melingkupi Bandung membuat
kota tersebut diabadikan dalam sebuh lirik lagu, “Bandung, kota diriung ku
gunung.” [3]. ya, kami menyaksikannya sendiri. Kami pun membaca makna kebersamaan
selama perjalanan. Makna solidaritas dan ukhuwah begitu kentara selama perjalanan.
Subhanallah walhamdulillah.
[1] “Coba, mana rumah saya?”, Sunda
[2] “Maaf ya, bu, pada bau”, Sunda
[3] “Bandung, kota yang dikelilingi gunung”, Sunda
6 komentar:
subhannah bagus nur karangannya, kalau kata dosen dede mah biar pembaca lebih merasakan yang iya baca, paragraf deskripsi dan alurnya harus lebih diperluas..
ass wr wb, salam knal ...?, kpn2 klo naik gnung geulis lg ajak2 d0nk, klo bs jgn lwt situ, tp lewat Cimanggung, lebih dkt gk berliku liku ?
cerita yang bagus.
kelihatannya rombongan kalian tidak patuh pada pemandunya sendiri hanya karena ingin melewati jalur yang lain. padahal pemandu kalian (Dian) lebih mengetahui apa yang terbaik buat keselamatan rombongannya. Acung jempol buat pemandu pertama kalian.
@Aep Saepudin. haha, iya... ceritanya nyari tantangan, tapi tanpa pertimbangan. nekat eta mah nya?
keren, salam kenal dari komunitas kami.
Naik ke gunung geulis lagi yuuuu #nyaribalad
Posting Komentar