28 Juni 2019

Meredam keresahan dan ingatan




Sepertinya sudah saatnya saya sedikit melipir dari media sosial. Akhir-akhir ini saya merasa diserang banyak kecemasan, kenangan, dan hal-hal lain yang musingkeun. Haha. Ya, begitu banyak hal terjadi dan membuat saya lebih emosional dari biasanya, tepatnya, lebih melankolis dari semestinya. Terlalu banyak ingatan berserakan minta dirapikan. Terlalu banyak keresahan menyeruak minta diredam. Terlalu banyak kisah mendesak minta dituliskan. Saya rasa, saya perlu waktu untuk rehat dan mengambil sedikit jeda bagi batin saya sendiri, bagi hati dan perasaan saya sendiri. Saya perlu diam sejenak dan memaknai kejadian yang berseliweran itu pelan-pelan tanpa terganggu hal-hal dari media sosial. 

Alasan di atas sangat melankolis? Ya, memang. Saya dengan jujur harus mengakui bahwa saya tipikal manusia melankolis yang akan mudah menangis di keadaan tertentu. Keputusan untuk agak menepi dari media sosial pun didasari, salah satunya, oleh alasan yang personal dan melankolis. Namun demikian, kegundahan semacam itu selanjutnya harus saya tindak lanjuti, bukan? Saya ingin mengajak kegundahan itu bersama saya dan menjadikan dia justru jadi bagian kekuatan saya. Saya paham, saya tak bisa dengan mudah melenyapkannya begitu saja. 

Ya, perlahan-lahan saja. Biar tidak tersedak apalagi sampai muntah. 

Oleh sebab itu, terhitung hari ini, saya mencoba berumah di sini saja sampai waktu yang belum saya ketahui. Sepulihnya saja (eh, memang saya sakit?). Maksud saya, sampai saya sudah merasa siap dengan diri saya sendiri dan siap berdamai dengan banyak hal. Selain itu, saya harap momen ini jadi waktu yang tepat agar saya fokus latihan menulis lagi. Untuk poin ini, saya lebih serius! Haha. Bosan juga melulu dicibir "Mana buku teh? Teu jadi-jadi (launching) wae!" oleh kawan-kawan di FLP (-___-"). Saya jadi berpikir, jangan-jangan tulisan saya belum dibukukan sampai saat ini, salah satunya, karena saya kurang merenung dan mudah terganggu dengan media sosial? Bisa jadi. Selain kurang fokus, saya jadi mudah menyerah dengan tujuan saya sendiri saat melihat kesuksesan orang lain yang tampil di media sosial. Padahal, barangkali, jalan kami memang tak sama. Laju hidup (dan pencapaian) kami jelas berbeda. Akibatnya saya malah jadi kehilangan pijakan. Saya lupa dengan langkah awal saya sendiri. Oleh sebab itu, saya kira, pilihan untuk masuk gua, sedikit menjauh dari hal-hal yang membawa keresahan, dan mulai menulis adalah hal yang tepat bagi saya saat ini. Memang, tak sepenuhnya menghilang dari media sosial. Saya hanya berusaha sebisa mungkin memberi batas dan jarak dengan dunia maya kemudian mengalihkannya pada hal di luar itu. Itu pun, bagi saya, cukup memberi dampak. 

Oh iya, saya juga sempat terpikir untuk mulai melukis menggunakan akrilik di atas kanvas sebagai pengalihan. Lalu, menambah tanaman di halaman. Lalu, belajar bahasa Belanda. Eits, sudah, sudah! Baiknya memang dilakukan satu per satu, sih, ya. Tong rusuh atuh, Sil. Haha. Saya juga harus belajar menikmati segala macam proses. Doakan semoga proses saya ini berjalan baik dan, di akhir, ada karya yang bisa lahir.
Bismillah!



NB: Semoga gak mager. Hihi
*lalu dijitak Ultraman :D

0 komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Perkenalkan! Saya Nurul Maria Sisilia. Seorang pengajar, penulis, dan pekerja sosial. Saya senang menulis hal menarik yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Mari berbincang!

Terjemahkan (Translate)

Rekan

Diberdayakan oleh Blogger.